0 comment Monday, April 13, 2015 | admin
Reruntuhan kapal laut berumur 4000 tahun silam yang ditemukan dalam gua-gua buatan manusia menunjukkan bahwa orang Mesir kuno memiliki kemampuan mengarungi laut yang bergelora, berombak ganas untuk sampai ke "Pulau Dewata" yang dikenal dalam hikayat mereka bernama "Punt". Enam buah gua berbentuk batu karang, terpotong menjadi sebuah tebing yang curam di Wadi Gawasis, 21 km di sebelah Selatan Kota Port Safaga di Laut Merah, ditemukan oleh sebuah tim ilmuwan internasional, termasuk ahli perkapalan kuno, Cheril Ward dari Universitas Negeri Florida, Amerika Serikat. "Gua-gua tersebut pada masa lalu digunakan oleh orang Mesir kuno sebagai bengkel kerja dan gudang untuk melindungi peralatan dari keadaan padang gurun yang tidak bersahabat", jelas Profesor Ward. Masih menurut Profesor Ward, situs arkeologi tersebut bagaikan sebuah markas militer, dan artefak yang ada di sana menunjukkan adanya para administrator terbaik yang pernah dikenal dunia. "Ini merupakan situs yang telah menyimpan demikian banyak rahasia yang dimilikinya selama 40 abad," ujarnya. Pada papan-papan kayu, yang merupakan kayu kapal tertua di dunia, ditemukan cacing-cacing kapal yang menunjukkan bahwa pelayaran kapal tersebut berlangsung selama beberapa bulan. Cacing-cacing tersebut ditemukan bersamaan dengan kotak-kotak kargo, jangkar-jangkar batu, lebih dari 80 gulungan tali yang tersimpan dengan sempurna, dan sebuah lempengan batu bertuliskan lima nama ningrat dari Farao Amenemhat III yang berkuasa dari tahun 1844 hingga 1797 SM. Artefak-artefak tersebut tersimpan dengan sangat baik karena gua-gua tersebut ditutup rapat setiap kali perahu itu habis berlayar. Pusat niaga di Punt, diperkirakan berada di Ethiopia atau di Yaman, berjarak 1600 km dari gua-gua tersebut. Bagaimana orang-orang Mesir kuno berlayar ke tempat ini, seperti yang ada dalam tulisan Mesir kuno pada kotak-kotak kargo yang ditemukan dalam gua-gua tersebut, sampai kini masih merupakan rekaan dan spekulasi. Banyak ahli tidak percaya orang-orang Mesir kuno memiliki teknologi pelayaran yang demikian maju, namun penemuan-penemuan di Wadi Gawasis memberikan bukti kuat yang menunjukkan bahwa orang-orang Mesir kuno telah memiliki kemampuan melakukan pelayaran jarak jauh. Profesor Ward menginterpretasikan penemuannya lebih lanjut. "Pada sejumlah kayu masih tercantum nomor yang boleh jadi merupakan sebuah petunjuk dalam perakitan. Ward menduga kapal-kapal ini pada awalnya dibuat di galangan kapal di Sungai Nil, kemudian bagian-bagian kapal yang bisa dirakit kembali dibawa menyeberangi padang gurun sejauh 140 km menuju Laut Merah, dimana dilakukan perakitan dan peluncuran kapal." Ketika pelayaran telah selesai, kapal-kapal ini di bongkar kembali dan bagian-bagian yang telah dipisahkan satu sama lain siap diangkut pulang ke Sungai Nil untuk digunakan di kemudian hari. Menurut perkiraan Profesor Ward, sebanyak 3700 pria mungkin telah terlibat dalam seluruh ekspedisi ini. Pelayaran ini tertata dan terselenggara dengan sangat baik, namun tampaknya sebuah masa ketidakstabilan politik telah membuat pelayaran ini terhenti, lanjut Profesor Ward, dan meninggalkan gua-gua serta harta karun mereka terkunci selama 40 abad. Rincian studi ini akan dipublikasikan dalam penerbitan Jurnal Internasional Arkeologi Kelautan, dan sebuah studi lebih lanjut pada situs tersebut akan dilakukan tahun depan