0 comment Monday, August 4, 2014 | admin
Anggi Meyriski korban pembunuhan sadis Ari Petak (16/6).di bawah batang kakao, areal pemakaman Masjid Raya Gantiang, agak ke kiri dari pintu masuk, sebuah kuburan tampak terawat. Gundukan tanahnya masih tinggi. di kayu nisan tertulis nama Angraini Maireski Binti Zaldinar, wafat 16 Juni 2014. Ya, di situlah, jasad Anggi, Siswa SMP Negeri 1 Padang yang tewas dibunuh dan diperkosa Ari Petak (32) "berdiam" hampir satu bulan. Pada malam-malam tertentu, kuburan Anggi menebarkan bau wangi, persis bunga melati. Bahkan, warga sekitar kuburan sering melihat penampakan sesosok tubuh terselubung kain putih berdiri di bawah pohon kakao sambil menangis. Sosok itu merintih, mengiba hingga membuat warga sekitar terjaga. Ada apa sebenarnya? "Alah tu, ndak talok lai, ampun. Lapehan awak" perkataan itulah yang selalu keluar dari sesosok tubuh berambut panjang dan berkain putih yang sering terlihat di bawah pohon kakao. Perkataan itu diselingi rintihan yang memilukan. Warga sekitar bergidik, tapi bagi mereka, hal mistik semacam itu sudah biasa. Salah satu warga yang melihat persis penampakan adalah garin atua penjaga Masjid Raya Gantiang bernama Azan. Waktu itu, sekitar Pukul 03.00 WIB dini hari Azan terbangun dari tidurnya. Dia mendengar tangisan pilu. Perlahan pemuda tersebut keluar, memastikan apa yang sedang terjadi. Waktu itu, persis malam ke empat Anggi dikubur. Suasana senyap, rintihan pilu semakin nyaring terdengar. Azan bergidik, bulu tengkuknya berdiri. "Saya kira pemuda daerah ini sedang bedagang dan membawa wanita. Lalu saya keluar untuk menasehatinya. Tapi rupanya di luar sunyi. Suara itu tetap terdengar dan berasal dari makam. Tubuh merinding. Saya kuat-kuatkan hati untuk melirik ke arah pandam pekuburan. Ternyata benar, di bawah batang Kakao atau tepatnya dekat kuburan Anggi berdiri sesosok tubuh berkain putih. Dialah yang menangis. Saya lari karena takut. Anehnya, ada bau wangi," terang Azan sebagaimana dilontarkan penjaga makam bernama Madi (40). Tak hanya Azan yang melihat penampakan dekat kuburan Anggi. Madi, sang juru kunci makam mungkin adalah orang yang paling sering melihat penampakan. Bahkan, Madi lah yang pertama sekali mencium bau wangi dari kuburan Anggi. "Baunya wangi sekali, seperti bau bunga melati. Saya saja terlena karena baunya. Gejala ini terjadi sejak Anggi dikuburkan di sini. Tapi, tak jarang juga ada penampakan dekat kuburan anak SMP itu," beber Madi yang berkulit hitam dan agak ceking. Tanpa berniat merekayasa dan sesuai dengan pengalaman yang dia punya sejak jadi juru makan pada 2002 yang lalu, Madi mengatakan kalau nyawa Anggi belum akan tenang selama kasusnya masih mengambang. Madi mengungkapkan, seharusnya keluarga si mayat datang kembali untuk tahlilan di kuburannya. Jangan hanya sekali lalu dan tak pernah datang lagi. Bau wangi yang menyebar dia pastikan berasal dari kuburan Anggi. "Dia sering menangis pilu dan berteriak. Penglihatan mata bathin saya mengatakan kalau ada yang tak beres dengan kuburan di bawah batang Kakao itu. Lalu saya cari tahu, ternyata arwahnya tak tenang. Dia butuh ditahlilkan. Keluarganya hanya datang sekali dan tak pernah kembali lagi. Kasihan, nampaknya dia tak tenang. Aku sering melihat penampakan itu, dia selalu menangis dan tak berani memandang pada saya," beber pria yang pernah terjerumus ke lembah hitam waktu masih bujangan itu. Ayah Anggi yang ditemui media ini pada Senin lalu juga tak menampik kalau kuburan anaknya mengeluarkan aroma wangi. "Memang, kata warga di sana, kuburan Anggi mengeluarkan bau wangi. Selain itu, tanah kuburannya tetap tinggi. Padahal saya cemas kalau kuburan anak saya akan rusak karena hujan beberapa hari yang lalu. Rupanya tidak, kuburannya utuh," kata Zaldinar. (*) Sepenggal Kisah Pemandi Jenazah Bagi kebanyakan orang, pekerjaan memandikan jenazah adalah pekerjaan yang mengerikan. Namun bagi Sumaryadi (39) dan Nurhayati (34), pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas mulia sesama manusia. Malahan Sumaryadi, ikut terlibat memandikan "S", seorang bocah baru saja meninggal akibat flu babi. Sumaryadi dan Nurhayati, keduanya merupakan petugas yang bekerja di RSUP Dr M Djamil sebagai pemandi mayat atau jenazah. Sumardi bertugas untuk memandikan jenazah pria dan Nurhayati memandikan jenazah wanita. Ketika Sulthani, korban yang meninggal akibat flu babi dimandikan, Yadi pun ikut memandikan dibantu oleh kakek Sulthani, serta Berlian, satpam di instalansi kamar jenazah yang bertugas untuk mengangkat Sulthani. Yadi mengutarakan, sebenarnya ada rasa takut dalam dirinya akan terkena virus flu babi saat memandikan Sulthani. Namun rasa takut itu hilang ketika mengingat pekerjaan ini merupakan bentuk tanggung jawab serta kewajiban sesama manusia. "Kita telah memakai masker serta pakaian standar dalam pencegahan penularan penyakit yaitu scord namanya. karena sudah memenuhi standar, saya tidak perlu kuatir lagi. Mayatpun sudah dikasih cairan klorin, untuk membunuh kuman-kuman yang ada pada tubuh jenazah," jelasnya yang diamini oleh Berlian. Yadi memandikan jenazah ada atas permintaan keluarga jenazah serta jenazah yang terlantar yang tidak ada kelurganya. Jenazah yang pernah dimandikan di antara kasus kecelakaan, rabies, HIV, flu burung, dan yang terbaru adalah flu babi. Kalau dihitung sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah jenazah yang dimandikannya. Dari pekerjaannya sekarang, Yadi yang tinggal di kampung Nias ini bisa menghidupi istri serta ketiga anaknya. Yadi sendiri sudah bertugas di Rumah Sakit tersebut sejak 10 tahun yang lalu, dan baru benar-benar terlibat untuk memandikan sejak tiga tahun yang lalu tepatnya tahun 2006. Awalnya dia seorang cleaning service di rumah sakit tersebut. Tugasnya membersihkan sesudut ruangan yang ada disana termasuk ruangan kamar mayat. Dari sanalah awal dia diajak untuk ikut bantu-bantu memandikan dan akhirnya menjadi petugas utama untuk memandikan jenazah semenjak tahun 2006.Yadi mengaku tidak ada rasa rasa takut yang dirasakannya ketika memandikan jenazah, walaupun kondisi jenazah tidak dalam keadaan baik sekalipun. Sejak kecil Yadi mengaku sering keluyuran malam hingga Pukul 03.00 malam. "Dulu waktu kecil saya berencana mau nonton layar tancap, biar cepat sampainya, akhirnya saya berinisiatif memotong jalan. Tiba-tiba saya tersandung, ternyata itu kuburan, saya cuma bisa mengumpat saja," ungkapnya. Yadi sendiri berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Mulai hijrah ke Kota Padang tahun 1993 dan awalnya bekerja sebagai kuli serta pembantu juru masak di Hotel Bumi Minang. Ketika ada lowongan dari RSUP M Djamil, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Dia diterima sebagai cleaning service di rumah sakit terbesar di Sumbar tersebut, sehingga akhirnya dia bertugas memandikan jenazah. Sementara itu Nurhayati, petugas yang memandikan jenazah wanita, dan baru dua bulan bertugas. Sebelumnya yang bertugas memandikan adalah Amak Meti, mengingat kondisi yang tua, akhirnya Nur menggantikan Mak Meti. Selama dua bulan tersebut, berbeda dengan Yadi, Nur cuma baru memandikan empat jenazah wanita. Salah satunya, memandikan Anggi, Siswa SMP 1 Padang yang baru-baru ini menjadi berita heboh di Kota Padang. "Ketika saya memandikan Anggi, ada rasa iba dalam diri saya melihat kondisinya," katanya. Nur menggakui sangat menikmati pekerjaan yang digelutinya sekarang ini. (*)PADANG-TODAY.COM Usai Diperkosa, Siswi SMPN 1 Dibunuh
Petugas keamanan memperlihatkan jasad Anggi kepada anggota keluarga di kamar jenazah RSUP dr M Djamil, Selasa (16/6). Padang, Padek�Pembunuhan sadis yang disertai pemerkosaan terjadi di Kota Padang. Siswi kelas 2 SMPN 1 Padang, Anggraini Mayreski, 13, menjadi korban perbuatan bejat itu. Jasadnya ditemukan dalam karung plastik dengan kondisi luka di sekujur tubuh. Penemuan jasad gadis belia itu sekitar pukul 12.00 WIB, Selasa (16/6), di Korong Kabun Pasa Usang, Sungaibuluah, Kecamatan Batanganai, Padangpariaman. Waktu pertama ditemukan, warga kesulitan mengenali identitas korban yang saat itu tanpa busana. Identitas Anggi diketahui setelah warga menemukan seragam sekolah korban di dalam karung plastik itu. Dari informasi yang dihimpun Padang Ekspres di tempat kejadian perkara (TKP), penemuan jasad Anggi bermula ketika Ida, 40, warga Kabun Pasa Usang melihat dua pria bersepeda motor Yamaha RX King tanpa nomor polisi membuang karung plastik berisi sesuatu�yang terakhir diketahui berisi jasad Anggraini. Kedua pria bersepeda motor itu datang dari arah Kota Padang. Setelah membuang karung plastik, si pengendara motor itu langsung kembali ke arah Kota Padang. Ida curiga, dan memberitahukan pada warga lainnya. Tak berapa lama, polisi dari Polsek Batanganai pun tiba dilokasi. Disaksikan warga, polisi membuka isi karung plastik tersebut. Alangkah terkejutnya warga ternyata isi karung itu mayad seorang gadis belia. di beberapa bagian tubuh dan kepala, penuh luka-luka memar. Dari hidung, tampak keluar darah. Jasad korban kemudian dievakuasi ke Puskesmas Pasar Usang. di sini jasad korban sempat divisum. Setelah itu, korban dibawa ke RSUP Dr M Djamil Padang untuk menjalani visum lebih lanjut. Dari hasil visum diketahui bahwa korban diperkosa sebelum dibunuh.Kesaksian Pelaku Pembunuh
Labels: Anggi, Kuburan, Penampakan, Wangi
